Minggu, 11 April 2010

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PSIKOLOGI

Memahami makhluk Tuhan yang bernama manusia sungguh sangat sukar. Berbagai macam pandangan para tokoh mengenai manusia. Ahli mantic (logika) menyatakan bahwa manusia adalah “Hayawan Natiq” (manusia adalah hewan berpikir), seorang ahli filsafat yaitu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia itu madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantung kepada tabiatnya. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “zoon political” atau “political animal (manusia adalah hewan yang berpolitik).
Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.
Psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah jiwanya dan tubuhnya hanya sekadar alat saja. Sedangkan aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Walaupun jiwa itu tidak nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang sedang menggerutu, suatu pertanda bahwa orang ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Aliran psikologis ini , yakni:
1. Psikoanalisis
Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Freud memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhluk yang perilakunya dikendalikan oleh alam bawah sadarnya. Menurut freud kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id (dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada (Reality principle). Sedangkan superego menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang bersifat idealitas.
2. Behaviorisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Aliran ini memandang perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut aliran ini manusia disebut sebagai homo machanicus, manusia mesin.

Sumber : www.facebook.com (Grup Facebook, ISBD utk Matematika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar