Selasa, 13 April 2010

STRATIFIKASI SOSIAL

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).

Pengertian
Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.

Fungsi Stratifikasi
Membagi mengatur pembagian kerja sesuai dengan kemampuan atau keahliannya.
Mengatur imbalan jasa sebagai pendorong agar individu bersedia melakukan kewajibannya sesuai dengan tingkat kedudukannya .
Membantu masyarakat memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut:
Ukuran Kekayaan, yaitu:
Uper class (Tingkat atas) adalah kelompok kelas yang mempunyai tingkat penghasilan tinggi, mereka yang mempunyai barang yang berharga. Seperti tanah, emas mobil misal sebagai direktur, pengusaha sukses.
Midle class (Klas menengah)berada pada tingkat pendapatan yang cukup-cukup saja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Contoh : pegawai negeri, pedagang
Low Class (klas bawah) berada pada tingkat pendapatan yang rendah. Misalnya kaum buruh, pedagang asongan.
Ukuran Kekuasaan dan Wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Closed Social Stratification (membatasi kemungkinan pindahnya lapisan sosial) dalam masyarakat yang mengenal KASTA, darah biru, dll.
Open Social Stratification (ada kesempatan dengan kecakapannya pindah lapisan) kekayaan, kekuasaan, kehormatan, ilmu pengetahuan.

Mobilitas Sosial (Social Mobility)
Gerak Sosial Horizontal
Gerak Sosial Vertikal
Gerak Sosial Climbing (yang naik)
Gerak Sosial Sinking (yang turun)

Saluran Gerak Sosial Vertikal
Angkatan Bersenjata
Lembaga Keagamaan
Sekolah
Organisasi Politik
Ekonomi
Keahlian

Sumber : http://isbdku.blospot.com

MASALAH SOSIAL

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya
Pengklasifikasian suatu persoalan sebagai masalah sosial digunakan penilaian sebagai pengukurannya:



Kenapa disebut masalah sosial?
Tergantung Time and Place, karena bersangkutan dengan hubungan antara manusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif.
Jika manusia berkumpul membentuk community maka manusia akan membuat: aturan, norma, nilai, agama, dan lain-lain.
Merumuskan (ukuran) masalah sosial
Dengan membuat indeks-indeks:
Indeks Simplerates, yaitu angka laju gejala-gejala abnormal dalam masyarakat
Conposite Indices, yaitu gabungan indeks-indeks dari bermacam-macam aspek yang mempunyai kaitan satu sama lain social unrest (keresahan sosial)



Penyebab Masalah Sosial Diklasifikasikan dalam 4 (empat) kategoris :
Faktor ekonomis : kemiskinan, pengangguran
faktor biologis : penyakit
faktor psikologis : syaraf, bunuh diri
faktor kebudayaan : perceraian, kejahatan

Manifest Social Problem, yaitu masalah yang timbul akibat terjadinya kepincangan-kepincangan di masyarakat, terjadinya akibat tidak sesuainya antara norma-norma dan tindakan serta nilai yg ada dalam masyarakat, sebab masyarakat tidak menyukai tindakan-tindakan yang menyimpang.
Latent Social Problem, yaitu menyangkut hal-hal yang bertentangan / berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat akan tetapi tidak diakui demikian halnya.

Sumber : http://isbdku.blogspot.com

PRASANGKA

Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi “sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional”.
Menurut Morgan (1966) Prasangka = Sikap. Menurutnya bahwa kecenderungan untuk merespon baik secara positif ataupun negatif terhadap orang, objek atau situasi. Kecenderungan merespon meliputi perasaan atau pandangan yang tidak sama dengan tingkah laku.
Komponen Sikap:
Kognitif, yaitu memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya, terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
Afektif, yaitu dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju/tidak setuju) mengenai objek sikapnya.
Konatif, yaitu kecenderungan tingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya mulai dai bentuk yang positif samapi tindakan agresif.
Agar orang merespon positif kita harus merespon positif juga, dilanjutkan dengan sikap kognitif, afektif, dan konatif. John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori.
• Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
• Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
• Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.

Sumber : www.facebook.com (Grup Facebook, ISBD utk Matematika)

CINTA KASIH

Cinta adalah nilai spiritual pertama dan paling pokok, Cinta adalah tema paling populer dalam peradaban manusia modern yang mendambakan cinta. Mengapa Cinta?
Sebab Cintakasih adalah energi illahi. motivator semesta, dan alasan utama mengapa Tuhan mencipta manusia. Inilah kompetensi Ketiga dalam buku Laws of Spiritual. Cinta adalah tenaga pemersatu terkuat di dunia. Unifying force. Spiritual gravitation power. Cinta bisa menarik dan mempersatukan alam semesta.
Adapun beberapa penngertian dari cinta itu sendiri, yaitu:
1. Cinta itu KOMITMEN. Maksudnya yaitu cinta tak boleh main-main. Cinta perlu komitmen. Bukan main campak buang semacam. Perlu dirancang dan dilaksana sebaik mungkin.

2. Cinta itu Intuitive: NALURI. Maksudnya yaitu cinta itu sifatnya naluri. Seperti kata banyak orang, “cinta itu di hati”. Bercinta yang hangat bila kita dapat merasai apa yang dirasai oleh orang yang kita sayang. Jika tak ingin disakiti, kita jangan menyakitkan hati orang lain. Jika ingin disayang, kita akan memberi kasih sayang seluruhnya. Jika ada rasa bimbang, seringnya kita akan dapat merasa. Macam cinta ibu pada anak-anak. Sering mereka dapat rasa apa yang anak-anak mereka buat, yang baik atau tak baik untuk anak-anak, kan?

3. Cinta itu sebahagian nature: FITRAH. Maksudnya yaitu cinta itu fitrah. Bila Nabi Adam dicipta, baginda rasa kesunyian. Allah ciptakan Hawa sebagai peneman. Rasa ingin disayangi dan menyayangi tu fitrah manusia. Yang perempuan minat pada seorang lelaki. Ada lelaki jatuh cinta pada seorang wanita. Cinta itu benar dan suci.

4. Cinta sering terletak di puncak: TOP. Maksudnya yaitu bila ada rasa cinta, kita akan sama-sama bekerjasama, saling mengasihi. Itulah nilai yang mengikat kita semua untuk terus bersatu. Sekuat cinta Tuhan yang memberikan berbagai nikmat hidup, cinta itu di puncak kehidupan.

5. Cinta itu sifatnya ALTRUISTIC. Altruistik maknanya melebihkan orang lain dari diri sendiri. Dalam lughah disebut Al-itsar. Nah, disinilah arti dari pengorbanan. Bak kata Ustadz Hasrizal, makna hidup itu adalah saling memberi. Bila cinta, kita sanggup berkorban untuk yang kita cinta dan kasihi.

Bila ada niat untuk membahagiakan yang lain, maka kita akan usahakan yang terbaik untuk memenuhi kehidupannya dengan bahagia dan sempurna. Kata Abang Ed, bila kita tolong orang lain, maka Alloh akan membantu kita, menambah nikmat untuk kita.
Manusia dan cinta kasih
Ajaran yang mengutamakan kasih ini adalah Ajaran Spiritual. Agama yang kurang mengajarkan cinta akan menjadi agama yang keras, kejam dan tidak humanis.
Tahukah Anda bahwa dalam otak manusia secara alamiah ada hormon yang paling kuat, yaitu hormon Cinta?
Salah satu biang keladi cinta adalah hormon yang bernama Oxytocin . Oxytocin adalah protein, dibuat oleh bagian otak bernama hypotalamus dan juga oleh kelenjar kelamin, kemudian hormon ini dikeluarkan masuk aliran darah pada kondisi-kondisi tertentu.

Sumber : www.facebook.com (Grup Facebook, ISBD utk Matematika)

EGALITARIAN

Egalitarian (berasal dari kata Prancis egal, yang berarti "sama") memiliki dua definisi yang berbeda dalam bahasa Inggris modern.
[1] didefinisikan baik sebagai doktrin politik yang menyatakan bahwa semua orang harus diperlakukan secara setara dan memiliki persamaan dalam politik, ekonomi, sosial, dan hak-hak sipil.
[2] sebagai filsafat sosial menganjurkan penghapusan kesenjangan ekonomi antara orang-orang.
Sebuah definisi yang luas dari egalitarian adalah "akses yang sama terhadap sumber daya dan kekuatan pengambilan keputusan. Sebagai contoh, pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah atau sistem lain di mana setiap orang memiliki suara. Egalitarian bisa juga diartikan sekumpulan atau sekelompok orang yang memiliki paham bahwa derajat semua manusia adalah sama, tanpa membedakan status, ras, agama, dan lain-lain.."Misalnya dalam masyarakat kampus dan sekolah, suasana egaliter ada ketika guru tidak menggurui, murid tidak minta dinasehati, jika teaching diganti dengan learning together.
Egalitarian merupakan salah satu karakteristik dari masyarakat madani yang merupakan salah satu visi dari Negara Indonesia di tahun 2010. Egalitarian berasal dari kata egaliter yang berarti kesetaraan. Egalitarian memiliki beberapa pengertian berikut:
Menurut Marbun, egalitarian adalah paham yang mempercayai bahwa semua orang sederajat, sementara egalitarianisme diartikan sebagai doktrin atau pandangan yang menyatakan bahwa manusia-manusia itu ditakdirkan sama, sederajat, tidak ada perbedaan kelas dan kelompok. Jadi masyarakt egaliter atau masyarakat yang mengemban nilai egalitarianism dapat digambarkan sebagai masyarakat yang mengakui adanya kesetaraan dalam posisi di masyarakat dari sisi hak dan kewajibannya tanpa memandang suku, keturunan, ras agama dan sebagainya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001, P 285), egalitarian adalah pandangan atau doktrin yang menyatakan bahwa manusia itu ditakdirkan sama derajat. Egalitarian juga diartikan sebagai asas pendirian yang menganggap bahwa kelas-kelas social yang berbeda mempunyai bermacam-macam anggota, dari yang sangat pandai sampai ke yang sangat bodoh dalam proporsi yang relative sama.
Egalitarian yang merupakan salah satu karakteristik dari masyarakt madani, menurut Nurcholis Majid, sesuai dengan karakteristik masyarakat islam pada jaman Rasulullah SAW. di negeri Madinah.
Nurcholis melakukan pendekatan antara konsep masyarakat madani dengan Islam yaitu dengan mengidentikan masyarakat madani dengan masyarakat Rasulullah di Madinah. Hal ini mudah dimengerti karena sebenarnya konsep masyarakat madani yang ingin diwujudkan di negeri ini sebagai acuan masyarakat idal yang tidak pernah terwujud di masa lalu.
Adapun kaitannya dengan egalitarian, dalam Piagam Madinah, terlihat bahwa betapa Islam memberikan jaminan kesamaan derajat warga negara ketika Islam secara adil mengatur pemenuhan hak-hak dan kewajiban warganya dan orang-orang yang terikat perjanjian dengan Rasulullah sebagai pimpinan saat itu. Jadi egalitarian sesuai dengan nilai-nilai agama islam.
Pendapat Nurcholis Majid ini didukung oleh Marzani Anwar, yang menyatakan bahwa agama Islam sendiri adalah agama egaliter. Ditunjukkan dari sisi teksnya yang menuntut kesetaraan manusia di hadapan Tuhan, serta pengalaman Nabi selama awal pemerintahan Islam. Ekspresi egalitarianisme atau respons terhadapnya, sesuai dengan penafsiran bahwa egalitarianisme Islam pada periode terdahulu mungkin dipahami sebagai sesuatu yang memiliki sigifikansi secara agama maupun sosial. Meski kemudian prinsip tersebut tereduksi, terutama pada periode awal perluasan kekuasaan Islam (lihat: Lousise Marlow, 1999:27). Semangat egalitarian itu, setidaknya, mengendap pada pengikut Islam lapisan bawah, yang terekspresi pada sistem organisasi maupun sikap dan pandangan hidup mereka.

Sumber : www.facebook.com (Grup Facebook, ISBD utk Matematika)

Senin, 12 April 2010

DEHUMANISASI

Dehumanisasi adalah kemerosotan tata-nilai. Mereka yang menjadi korban dehumanisasi kehilangan kepekaan kepada nilai-nilai luhur, seperti kebenaran, kebaikan, keindahan(estetik) dan kesucian. Mereka hanya peka dan menghargai nilai-nilai dasar, seperti materi (pemilikan kekayaan), hedonisme (kenikmatan jasmani) dan gengsi (prestise). Tiga nilai inilah yang menjadi dasar dari tata-nilai bagian besar dari masyarakat kita dewasa ini. Dan karena tidak didukung oleh nilai-nilai yang lebih tinggi, khususnya nilai kebaikan (etik, moral) dan kesucian (agama), di dalam mendapatkan nilai-nilai dasar itu mereka menghalalkan segala cara, misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme serta (bahkan) kekerasan adalah cara yang sah; maksiat, kecabulan dan pemadatan adalah perilaku yang wajar; gengsi, sebagai kebalikan dari harga-diri (sense of honour), menampakkan dirinya dalam sifat tak bermalu dan bahkan cenderung membanggakan hasil kejahatan. Semua itu adalah gaya hidup yang sesuai bagi masyarakat dengan tata-nilai rendah sebagai akibat proses dehumanisasi itu.
Dehumanisasi memang merupakan fakta sejarah tetapi tidak berarti manusia harus menerima hal tersebut sebagai fakta sejarah yang terberi. Secara aktual-empiri, di panggung publik deretan maksiat yang terkait dengan narkoba, judi dan prostitusi masih kokoh menjadi penyakit masyarakat. Bersumber dari krisis multidimensi dan krisis moral, deretan maksiat tersebut diperpanjang lagi oleh maraknya korupsi, kebohongan, kekerasan yang kemudian bersambung lagi dengan kejahatan, premanisme dan perdagangan manusia. Potret buram ini, benar-benar menunjukkan adanya segmen masyarakat yang khaostik, alienasi dan sedang dalam dehumanisasi.
Secara semantik, dehumanisasi terjadi tatkala nilai-nilai luhur yang ada dalam teks ideologi, budaya dan agama tidak lagi berfungsi efektif sebagai pegangan hidup manusia sehari-hari, sehingga kebudayaan kehilangan dukungan kolektif dan manusia cenderung hidup tanpa basis keluhuran kebudayaan.
Dengan demikian, dalam mengatasi dehumanisasi hal yang paling penting adalah memanusiakan kembali manusia (humanisasi) sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial yang mampu mengangkat nilai-nilai kemanusiaan dengan menjadikan agama sebagai pegangan hidup.

Sumber : http://isbdku.blogspot.com

GAMBAR BAGAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGI-EKOPOLHUKSOS-PSIKOL



Penjelasan gambar:
Karena manusia mempunyai akal, manusia menciptakan kebudayaan. Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan hidupnya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya,
Dalam proses perkembangannya terjadi penyimpangan dari tujuan penciptaan kebudayaan (yaitu kesejahteraan) yang terjadi malah menjadi masalah kebudayaan yaitu segala sistem / tata nilai sikap mental pola berfikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan.
Masalah tata nilai dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan, antara lain “Dehumanisasi” (Pengurangan arti nilai kemanusiaan).
Penyimpangan Masalah Budaya adalah segala sistem / tata nilai sikap mental, pola berfikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Hal ini menimbulkan krisis kemasyarakatan/dehumanisasi, yaitu pengurangan arti kemanusiaan seseorang.
Dehumanisasi terjadi sebagai akibat perubahan sikap manusia sebagai dampak dari penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaaan.
Untuk mengantisipasi itu, maka manusia harus dikenalkan pada pengetahuan kebudayaan dan filsafat. Melalui filsafat manusia memahami tentang etika, estetika dan logika.

Sumber : http://isbdku.blogspot.com